A.
Hakikat dan Konsep Dasar Kewirusahaan
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali
dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan
utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan
kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur)
adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam
berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri
dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam
kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar
para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang
berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988),
menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi
berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan
mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803).
Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Richard
Cantillon (1775)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri
(self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga
tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu.
Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko
atau ketidakpastian.
2. Jean
Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan
berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
3. Frank
Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi
perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam
menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan
untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan
pengawasan
4. Joseph
Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang
mengimplementasikan perubahanperubahan di dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru.
Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas
baru,
(2) memperkenalkan metoda produksi baru,
(3) membuka pasar yang baru (new market),
(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau
komponen baru, atau
(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam
konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
5. Penrose
(1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi
peluang-peluang di dalam system ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial
berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
6. Harvey
Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang
dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar
belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya.
7. Israel Kirzner
(1979)
Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang
pasar.Entrepreneurship Center at Miami University of OhioKewirausahaan
sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam
kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih
baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah
penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
8. Peter
F. Drucker
Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang
wirausahan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda
dengan yang sudah ada sebelumnya.
9. Zimmerer
Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan
kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan (usaha).
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai
pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang
mencakup eksploitasi peluangpeluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut
sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang
produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau
peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif.
Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan
dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga
orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru. Selain itu, seorang
wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen
rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai
kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika
membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial
tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bias bersifat
sementara atau kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses
penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu
yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang
menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai
padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata
swasta. Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan
entrepreneur. Perbedaannya adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada
wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin
banyak digunakan orang terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya.
Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada
saat ini banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah
untuk survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.
Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta
harus dipahami, terutama oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan
yang diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan
adalah sosok atau individu yang lebih bermental baja atau dengan kata lain
lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang
berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan
wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah
untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau
agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah
pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan
yang diberikan sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata
wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek financial maupun
personal, sosial, dan profesional (Soesarsono, 2002 : 48)
B.
Ciri dan Watak Wirausaha
Ø Ciri-ciri dan watak kewirausahaan
1. Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualistis, dan optimise
2.
Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi
laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat,
energetik dan inisiatif
3. Pengambilan resiko Kemampuan untuk mengambil resiko
yang wajar dan suka tantangan
4. Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul
dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
5.
Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel
6.
Berorientasi ke masa depan Pandanga ke depan, perspektif Dalam konteks bisnis,
seorang entrepreneur membuka usaha baru (new ventures) yang menyebabkan
munculnya produk baru arau ide tentang penyelenggaraan jasa-jasa.
Ø Karakteristik tipikal entrepreneur (Schermerhorn Jr,
1999) :
1.
Lokus pengendalian internal
2.
Tingkat energi tinggi
3.
Kebutuhan tinggi akan prestasi
4.
Toleransi terhadap ambiguitas
5.
Kepercayaan diri
6.
Berorientasi pada action
Ø Karakteristik Wirausahawan (Masykur W)
1. Keinginan untuk berprestasi
2. Keinginan untuk bertanggung jawab
3. Preferensi kepada resiko menengah
4. Persepsi kepada kemungkian berhasil
5. Rangsangan untuk umpan balik
6. Aktivitas Energik
7. Orientasi ke masa depan
8. Ketrampilan dalam pengorganisasian
9. Sikap terhadap uang
Ø Wirausahawan yang berhasil mempunyai standar prestasi
(n Ach) tinggi. Potensi kewirausahaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
(Masykur, Winardi)
1. Kemampuan inovatif
2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
3. Keinginan untuk berprestasi
4. Kemampuan perencanaan realistis
5. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan
6. Obyektivitas
7. Tanggung jawab pribadi
8. Kemampuan beradaptasi (Flexibility)
9. Kemampuan sebagai pengorganisator dan administrator
10. Tingkat komitmen tinggi (survival)
D. Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961)
1. Innovating
Entrepreneurship
Bereksperimentasi secara agresif, trampil
mempraktekkan transformasi-transformasi atraktif
2 Imitative
Entrepreneurship
Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating
Entrepreneur
3.
Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal
tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila
mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada
industri yang bersangkutan.
4. Drone
Entrepreneurship
Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan
peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi
sekalipun hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan
produsen lain. Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis
entrepreneurship yang lain yang disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship,
dalam konteks ilmu ekonomi disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente).
(Winardi, 1977)
E.
Proses Kewirausahaan
Tahap-tahap
Kewirausahaan Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
a)
Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan
usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat
peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi,
atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah
di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
b)
Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan"
Tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai
aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM,
kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko
dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
c)
Mempertahankan usaha
Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang
telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi
d)
Mengembangkan usaha
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong
positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha
menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Secara ringkas, model proses kewirausahaan mencakup
tahap-tahap berikut (Alma, 2007: 10 – 12) :
1.
proses inovasi
2.
proses pemicu
3.
proses pelaksanaan
4.
proses pertumbuhan
Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan,
diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :
a. mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan,
dan jenis usaha yang pernah dilakukan
b. pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber
dana
c. SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
d. kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
e. organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja
yang dimiliki
f. kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka
panjang, proses manajerial (POAC)
g. Pemasaran : lokasi dan tempat usaha
F.
Faktor-faktor Motivasi Berwirausaha
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28)
a.
Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana
langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus
dilakukan oleh pengusaha tersebut
b.
Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha
tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan
mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
c.
Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang
lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan,
serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas
usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik disbanding
sebelumnya.
d.
Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang
pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
e.
Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang
di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu
kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu
mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan
tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
f.
Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun
yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi
material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
g.
Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus
ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk
segera ditepati dana direalisasikan.
h.
Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang
berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik
yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah,
pemasok, serta masyarakat luas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar